Tugas Individu
FILSAFAT
ARISTOTELES
Disusun
Oleh
Nur
Laila 1321020103 /C
PRODI SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH
IAIN RADEN INTAN
LAMPUNG
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas Nabi
besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan sekalian umatnya yang
bertaqwa.
Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Filsafat Aristoteles“ ini dengan lancar tanpa halangan suatu
apapun.
Selain itu, dalam proses penulisan
makalah ini penulis merasa berhutang budi kepada berbagai pihak terutama kepada
Dosen Pembimbing Noor Hayati, M.Ag yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dengan penuh sabar dan tulus ikhlas.
Atas segala bantuan tersebut,
penulis tidak dapat membalas berupa apapun kecuali mengucapkan terima kasih
seraya mengharapkan limpahan rahmat dari Allah SWT sehingga segala kebaikan itu
mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Akhirnya penulis menyadari bahwa
penulisan makalah ini tentu disana sini masih terdapat kelemahan atau pun
kekurangan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
pihak manapun demi perbaikan selanjutnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin
Bandar
Lampung, 11 Desember 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Manusia memulai berfilsafat ketika
manusia itu sendiri mulai menyadari keberadaannya di dunia yang dihadapkan pada
berbagai kenyataan yang tidak dapat di pahaminya yang hal ini memberikan suatu
tanda tanya dalam diri manusia, seperti Kapan kehidupan di dunia ini di mulai?
Adakah yang menciptakanya? Siapakah manusia? Bagaimana manusia dapat hidup?
Walaupun pertanyaanya terlihat sederhana, tetapi tidak mudah untuk di jawab.
Melalui filsafat manusia di suruh
untuk berfikir mendalam, menyeluruh dan kritis. Karena, pada hakekatnya manusia
ingin menjawab segala persoalan yang melingkupi kehidupan manusia dan
pembicaraan filsafat menjadi terbatas. Dalam rentang sejarah tidak sedikit
manusia-manusia jenius mencoba menjelaskan persoalan-persoalan tersebut,
pikiran-pikiran mereka sering kali bertentangan, radikal, bahkan tidak masuk
akal. Seperti filsafat Aristoteles yang akan kita bahas dalam makalah ini.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1.
Bagaimanakah sejarah hidup Aristoteles?
1.2.2.
Bagaimana corak filsafat Aristoteles?
1.3.Batasan
Masalah
1.4.Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
agar kita dapat mengetahui :
1. Sejarah
hidup Aristoteles
2. Corak
dan pemikiran-pemikiran filsafat Aristoteles
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Aristoteles
Seorang filsuf besar dari Yunani
lahir di Stagira, Thrace yang hidup pada tahun 384-322 SM. Ayahnya yang bernama
Nicomachus, beliau adalah seorang dokter di istana Amyntas III, Raja Macedonia.
Pada saat Aristoteles berkelana ke Asia kecil. Ia menikah dengan Pythias,
keponakan perempuan penguasa Atarneus. Namun pernikahanya tidak berlangsung
lama, kemudian Aristoteles menikah lagi dengan Herpyllis, dan di karuniani
seorang anak laki-laki yang di beri nama Nicomachus ( seperti nama ayahnya ).
Tatkala berumur 18 tahun ia di,irim
ke Athene dan dimasukan di Akademia Plato selama 20 tahun. Dari situlah
Aristoteles menemukan pemikiran-pemikiran diantaranya pemikiran yakni tentang
logika, negara, metafisika, etika, pengetahuan dan ontologi. Meskipun diantara
keduanya terdapat perbedaan-perbedaan pandangan, tetapi Aristoteles dianggap
sebagai murid yang mewarisi pemikiran-pemikiran gurunya, dan dianggap sebagai
salah satu tokoh penggerak zaman.
Dia juga dianggap sebagai peletak
tonggak dasar dalam sejarah pemikiran Barat. Bahkan Michael H. Hart menilai
bahwa Aristoteles adalah seorang filosuf dan ilmuwan terbesar dalam dunia masa
lampau. Dia memelopori penyelidikan ihwal logika, memperkaya hampir tiap cabang
falsafah dan memberi sumbangsih tak terperikan besarnya terhadap ilmu
pengetahuan. Meskipun banyak ide-ide Aristoteles yang tampaknya kini sudah
ketinggalan zaman, tetapi yang paling penting dari apa yang pernah dilakukannya
adalah pendekatan rasional yang senantiasa melandasi karyanya.
Dia filosof orisinal, dia penyumbang
utama dalam tiap bidang penting falsafah spekulatif, dia menulis tentang etika
dan metafisika, psikologi, ekonomi, teologi, politik, retorika, keindahan, pendidikan,
puisi, adat-istiadat orang terbelakang dan konstitusi Athena. Salah satu proyek
penyelidikannya adalah koleksi pelbagai negeri yang digunakannya untuk studi
bandingan.
2.2. Logika
Aristoteles diangap sebagai Bapak
logika, karena dialah orang yang pertama kali dengan sistematik menyusun
kaidah-kaidah berfikir yang valid. Berfikir logis sebelum masa Aristoteles
memang sudah dilakukan orang, tetapi sifatnya masih alami (natural), untuk
hal-hal yang sederhana.
Untuk hal-hal yang rumit masih di
perlukan adanya suatu asas berfikir yang maton (devinisi) yang dapat di jadikan
ukuran bagi benar atau salahnya suatu pernyataan. Untuk itulah Aristoteles
menyusun asas dan kaidah berfikir yang sekarang di kenal dengan nama logika
formal. Di sebut logika formaal karena logika itu menyangkut kaidah berfikir
benar karena bentuknya. Sering juga di sebut logika tradisional, karena
nantinya berkembang apa yang di sebut logika bermoderen. Inti ajaran logikanya
ialah pada cara menarik kesimpulan dengan suatu cara yang di sebut silogisme.
Yaitu menarik kesimpulan dari kebenaran umum untuk hal-hal yang sifatnya
khusus.contoh yang kalsik silogisme sbb:
1) Semua orang fana
2) Aristoteles
adalah orang
3) Aristoteles
adalah fana
Kesimpulan bahwa Aristoteles adalah fana, ditarik dari kebenaran yang
sifatnya umum yaitu bahwa semua orang adalah fana, padahal jelas bahwa Aristoteles
adalah jenis orang.
Menarik kesimpulan menurutnya dapat dilakukan dengan dua jalan. Pertama dengan jalan silogisme, jalan
ini disebut juga apodity atau sekarang lazim disebut deduksi. Jalan kedua adalah epagogi, yang sekarang
disebut induksi, yaitu menarik kesimpulan umum dari kenyataan-kenyataan khusus.
Aristoteles juga berhasil menyusun pengertian yang ada menjadi sepuluh
macam yang disebut kategori yaitu:
1. Substansi
(diri), misalnya : manusia, rumah.
2. Kwantita
(jumlah), misalnya : satu dua tiga.
3. Kwalita
(sifat), misalnya : putih pandai tinggi.
4. Relasi (hubungan),
misalnya : A anak B
5. Volume
(tempat), misalnya : di toko di rumah
6. Tempos
(waktu), misalnya : kemarin sekarang nanti besok
7. Situasi
(sikap), misalnya : duduk berdiri lari jalan
8. Status
(keadaan), misalnya : guru pengasuh lurah
9. Aksi
(tindakan), misalnya : membaca menulis membuat
10. Passiva (penderita),
misalnya : tepotong tergilas
Dari macam kesimpulan kategori diatas, substansi lah yang menjadi pokoknya.
Kesepuluh kategori diatas meliputi keseluruhan hubungan. Hal itu dapat
dijelaskan sebagai berikut. Setiap sesuatu pastilah merupakan zat sustansi,yang
terdiri atas sekian banyak kwantitas , mempunyai tanda atau ciri kwalitas, tak
lepas dai cakupan waktu tempo, mempunyai sangkutpaut dengan lainnya relasi,
mempunyai kedudukan tertentu status, senantiasa berbuat aksi melahirkan renten
yang lain passiva.
2.3. Metafisika
Metafisika secara umum ialah suatu
pembahasan filsafati yang komprehensif mengenai seluruh realitas atau tentang
sesuatu yang ada.
Bila orang-orang sofis banyak yang
menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam
metaphysics menyatakan bahwa manusia dapat mencapai kebenaren (mayer:152.)
salah satu teori metefisika Aristoteles yang penting ialah pendapatnya yang
menyatakan bahwa matter (barang) dan form (bentuk) itu bersatu, mater
memberikan substansi sesuatu, form memberikan pembungkusnya. Setiap objek
terdiri atas matter dan form, bagi plato matter dan form berada
sendiri-sendiri. Ia juga berpendapat bahwa matter itu potensial dan form itu
aktualitas.
Namun,ada substansi yang murni form,
tanpa potentialty. Jadi tanpa matter, yaitu Tuhan. Aristoteles percaya adanya Tuhan.
Bukti adanya Tuhan menurutnya adalah Tuhan sebagai penyabab gerak (a fish cause
of motion).
Tuhan itu menurut Aristoteles
berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia tidak berhubungan dengan (tidak
memperdulikan) alam ini. Ia bukan pesona. Ia tidak memperhatikan do’a dan
keinginan manusia. Dalam mencintai Tuhan, kita tidak usah mengharap ia
mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi, dan kita mencontoh kesana
untuk perbuatan dan pikiran-pikiran kita (mayer:159).
Menurut Aristoteles, Nous atau akal
budi merupakan bagian yang paling mulia dalam diri manusia. Oleh karena itu,
dalam ajaran Aristoteles, unsur-unsur filsafat ke-Tuhanan bertitik pangkal
dariuraian kemampuan akal budi manusia itu. Dalam hal ini Aristoteles mencari
dasar uraiannya dalam pengamatan inderawi di dunia yang berubah-ubah. Dia
mengamati gerak, dan sampai kepada kesimpulan bahwa ada penggerak. Ia kemudian
juga menyimpulkan bahwa ada “yang menggerakkan tanpa digerakkan sendiri”. Jalan
pikiran Aristoteles itu diterapkan oleh Thomas Aquinas dalam “panca marga”
(quinque viae) guna menyatakan adanya Tuhan berdasarkan pengalaman dan
penalaran filosofis.
2.4. Etika
Etika adalah suatu ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruknya, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia kepada manusia lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia didalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
harus diperbuat.
Tujuan etika ialah mencapai
kebahgiaan sebagai barang tertinggi dalam penghidupan. Tugas dari pada etika
ialah mendidik kemauan manusia memiliki sikap yang pantas dalam segala
perbuatan. Kebaikkan letaknya ditengah-tengah antara dua ujung yang paling
jauh. Misalnya berani adalah antara pengecut dan nekat, dermawan antarak.ikir
dan pemboros, rendah hati letaknya antara jiwa budak dan sombong. Maka agar
pandangan yang sehat yaitu budi dan tahu mempengaruhi sikap manusia, perlulah
manusia pandai menguasai diri. Orang yang dapat menguasai diri tidak akan
terombang-ambing oleh hawa nafsu, tidak akan tertarik oleh kemewah-mewahan.
Disamping etika mengambil jalan
tengah ada tiga hal yang perlu dipenuhi untuk mencapai kebahagiaan hidup yakni
:
- Manusia harus memiliki harta secukupnya, supaya hidupnya terpelihara.
- Manusia harus memiliki rasa persahabatan
- Manusia harus memiliki keadilan.
Keadilan dan persahabatan adalah budi yang menjadi dasar hidup bersama
dalam hidup bersama dalam keluarga dan Negara.
2.5. Pengetahuan
Filsafat tentang logika diatas
menjadi dasar filsafat pengetahuan. Selain berjasa dalam membangun logika,
Aristoteles juga berjasa dalam usahanya untuk menggambarkan tahbapan-tahapan
kemajuan pengetahuan manusia. Menurutnya, pengetahuan dimulai dengan tahapan
inderawi yang selalu partikular. Tahapan pengetahuan selanjutnya adalah
abstraksi menuju pengetahuan akal budi yangbercirikan universal.
Dalam hal ini, filsafat pengetahuan
Aristoteles merupakan kebalikan dari filsafat pengetahuan Plato. Dasar filsafat
pegetahuan Aristoteles bukanlah intuisi, tetapi abstraksi. Oleh karena itu,
benar bila dikatakan bahwa Aristoteles tidak selalu sepaham dengan gurunya
sendiri, Plato, bahkan mungkin bertentangan.
2.6. Ontologi
Menurut Aristoteles ontologi pada
dasarnya di maksudkan untuk mencari makna ada dan struktur umum yang terdapat
pada ada, struktur yang dinamakan kategori dan susunan ada. Akan tetapi hasil
pencarian Aristoteles menunjukkan bahwa pertanyaan mengenai makna ada membawa
kita pada penghargaan terhadap keajaiban eksistensi manusia, sedangkan studi
mengenai kategori membawa pada sebab pertama asal usul dari segala sesuatu (
Tuhan ). Tidak berlebihan jika di katakan bahwa motif yang sesungguhnya dalam
studi mengenai ontologi adalah jastifikasi atau evokasi terhadap agama, di
samping jastifikasi atas pengetahuan dan emosi etis.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Dari uraian pada paragraf-paragraf
diatas, dapat disimpulkan bahwa Aristoteles mempunyai dasar-dasar ajaran tentang
filsafat yang kemudian banyak berkembang di Barat. Meskipun demikian, ada juga
cendekiawan muslim yang terpengaruh oleh pemikiran filsafatnya.
Dalam filsafatnya, Aristoteles
bertitik tolak dari apa yang dia amati dalam hidup manusia dan hidup masyarakat.
Dari praksis nyata dan data-data, dia kemudian menyimpulkan menjadi suatu
theoria yang meliputi segala data pengamatan itu.
Karya Aristoteles yang cukup banyak
mencakup berbagai cabang ilmu pengetahuan. Selain mengajarkan tentang logika,
pengetahuan, dan metafisika, Aristoteles juga mengajarkan etika, negara, manusia
dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa Aristoteles merupakan tokoh yang luas
ilmu pengetahuannya dan merupakan ilmuwan yang pantas mendapatkan acungan
jempol.
3.2. Saran
Pendapat kami setuju dengan
pemikiran Aristoteles tentang filsafat, didalam berfilsafat beliau menggunakan
logika, berbeda dengan Plato yang tertarik pada pengethuan kealaman dalam
filsafatnya, dan ia mementingkan observasi. Aristoteles juga percaya adanya
Tuhan, bukti adanya tuhan menurutnya adalah tuhan sebagai penyebab penggerak.
Maka bagi yang ingin mempelajari filsafat atau berfilsafat baik juga untuk
merujuk pada filsafat Aristoteles karena beliau adalah filosof besar yang
berpandangan luas.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal.2011. Penagntar Filsafat Barat. Jakarta
: Rajagrafindo Persada.
Fearn, Nicholas. 2002. Cara Mudah berfilsafat. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
Khanafie, Imam. 2006. Filsafat Islam, Pekalongan: Stain Press
Skoot,Louis._______. Pengantar Filsafat, ______
Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
http://makalahe19.blogspot.com/2012/10/makalah-filsafat-aristoteles_23.html